Selasa, 01 Agustus 2017

Olahraga Yang Aman Untuk Ibu Hamil Trimester 2

olahraga untuk ibu hamil
Olahraga untuk Ibu hamil sangat dibutuhkan semoga tercapai kondisi badan yang sehat dan bugar dalam rangka untuk menjalani proses persalinan yang lancar. Dalam berolahraga , Ibu perlu memperhatikan agenda latihan yang mencakup jenis , frekuensi , durasi dan intensitasnya.

Sebelum kita berolahraga , pertama-tama cari tahu tujuannya dahulu. Tujuan berolahraga dapat dibedakan menjadi tiga , yaitu untuk mengejar prestasi , menerima unsur kesenangan , dan mencapai kesehatan serta kebugaran.

Untuk Ibu hamil tujuannya tentulah untuk mencapai kesehatan serta kebugaran. Bila demikian , maka parameter kesehatan dan kebugaran harus muncul. Maksudnya , dengan berolahraga , maka derajat kebugaran harus bertambah.

Makara , kalau Ibu cepat merasa sesak napas dikala berjalan , maka dengan berolahraga , gangguan tersebut seharusnya dapat mereda. Bila Ibu punya keluhan tekanan darah tinggi , olahraga juga dapat menjadi sarana untuk membantu menurunkannya. Kondisi sehat dan bugar dibutuhkan Ibu hamil untuk menjalani proses persalinan yang lancar.

Namun , sebelum berolahraga , Ibu perlu berkonsultasi dengan dokter. Dari pemeriksaan dapat diketahui batasan-batasan berolahraga terkait kondisi kesehatan Ibu serta olahraga apa yang cocok atau tidak boleh dilakukan.


Olahraga Untuk Ibu Hamil Maksimal 6 Kali Seminggu


Dalam berolahraga , kita perlu memperhatikan agenda latihan yang mencakup jenis , frekuensi , durasi , dan intensitasnya.

Untuk jenis latihan , dalam agenda harus ada latihan olahraga aerobik , yaitu jenis latihan yang membuat jantung dan paru-paru bekerja lebih keras untuk memasok otot dengan oksigen. Olahraga untuk Ibu hamil yang termasuk dalam jenis latihan ini diantaranya berjalan , berlari , dan berenang.

Frekuensi olahraga yang disarankan bagi Ibu hamil di trimester ke 2 ialah 2-3 kali seminggu. Setelah mulai terbiasa berolahraga dikala hamil dan menawarkan perbaikan kebugaran , frekuensi latihan dapat ditingkatkan menjadi 4-5 kali seminggu , maksimal 6 kali seminggu alasannya ialah badan membutuhkan setidaknya satu hari untuk memulihkan kondisi. Setiap melaksanakan latihan , durasi yang disarankan ialah 30 menit.

Sedangkan intensitas latihan olahraga untuk Ibu hamil dapat ditentukan dengan menambah jarak atau kecepatan latihan. Jika Ibu biasa berjalan kaki 15 menit , misal , maka peningkatan intensitas latihan mampu dilakukan dengan menambah waktu menjadi 30 menit.


Hitung Denyut Jantung


Mengukur denyut jantung merupakan cara paling akurat untuk menentukan intensitas latihan olahraga dikala hamil. Kita dapat memakai rumus denyut jantung maksimal , yaitu : 220 dikurangi usia. Untuk Ibu hamil , intensitas latihan disarankan berkisar antara 50-70% dari denyut jantung maksimal. Contoh , usia Ibu 30 tahun , maka denyut jantung maksimalnya ialah 220 dikurangi 30 = 190 denyut per menit. Setelah berolahraga , denyut jantung tidak boleh melebihi 50-70%-nya atau sekitar 95-133 denyut per menit.

Denyut jantung yang terlalu cepat mengambarkan kita berolahraga terlalu berat. Jika denyut jantung Ibu terlalu cepat , denyut jantung janin pun akan meningkat dan ikut menaikkan suhu tubuhnya. Hal ini dapat membahayakan Ibu dan janin. Sebaliknya , bila denyut jantung terlalu rendah , tujuan olahraga untuk ibu hamil demi kesehatan dan kebugaran yang lebih baik juga tidak tercapai.

Nah , bagaimana cara mengukur denyut jantung? Cukup tempelkan jari telunjuk dan jari tengah kita pada pergelangan tangan bab dalam atau di rahang bawah bersahabat leher , kemudian hitung denyutannya selama satu menit atau selama 30 detik dikalikan dua.


Hentikan Olahraga Jika ...


Jika Ibu mencicipi keluhan nyeri , sesak napas , sakit kepala , bahkan terasa mau pingsan dikala berolahraga , Ibu harus segera menghentikan latihan dan mencari pinjaman dokter. Begitu pula bila setelah berolahraga timbul flek darah atau keluar cairan yang bukan air seni dari vagina. Perhatikan pula pergerakan janin. Jika janin menjadi malas bergerak setelah Ibu berolahraga , segera hubungi dokter Anda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar