Apa penyebab perdarahan pada kehamilan dan setelah bersalin? Berikut ini yaitu penjelasannya.
Perdarahan Pada Usia Kehamilan Muda Atau Dini (Trimester Pertama)
Abortus / Keguguran. Salah satu penyebab terjadinya abortus yaitu sanggama (hubungan intim suami-istri). Selama ini ada persepsi , korelasi sanggamalah yang merupakan biang keladi perdarahan atau abortus pada ibu hamil. Sebetulnya bukan sebab problem sanggamanya , melainkan sebab pertemuan sperma dengan lisan rahim. Sperma yang mengandung prostaglandin ini akan merangsang terjadinya kontraksi rahim , karenanya mampu terjadi abortus. Abortus umumnya menimbulkan darah yang keluar cukup banyak dan disertai keluhan nyeri perut atau keluarnya gumpalan darah (jaringan).
Tindakan Medis :
- Dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat apakah terjadi abortus atau tidak.
- Bila terjadi abortus akan dilihat ada tidaknya sisa kehamilan.
- Jika ditemukan adanya sisa hasil kehamilan akan dilakukan tindakan mengeluarkan hasil kehamilan dengan cara kuretase.
- Bila dilakukan kuretase , kehamilan tidak mampu berlanjut sebab hasil konsepsi/hasil kehamilan sudah keluar.
- Tindakan kuretase dapat membantu membersihkan rahim dari sisa-sisa kehamilan dan juga mempersiapkan terjadinya kehamilan berikutnya.
- Tanpa ada tindakan kuretase , rahim tidak bersih dan kelak mampu menjadi penyebab nanah pada rahim sehingga membuat ibu sulit hamil lagi. Perdarahan yang terjadi juga mampu bertambah lama/berkepanjangan.
Tindakan Medis :
USG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk menentukan apakah kehamilan yang berlangsung ketika ini di dalam atau di luar rahim.
Perdarahan Di Atas Usia Kehamilan 20 Minggu
Posisi Plasenta. Perdarahan di usia kehamilan 20 ahad umumnya dicurigai sebab posisi plasenta berada di bawah dan menutupi jalan lahir (plasenta previa). Plasenta previa ini ada yang totalis (menutup seluruh jalan lahir) , ada yang parsialis (menutup sebagian jalan lahir) , ada juga yang marginalis (di ujung jalan lahir) dan ada yang letak rendah (kurang lebih 5 cm dari jalan lahir). Pada kasus plasenta previa totalis/parsialis , persalinan tidak mampu dilakukan secara alami (per vaginam) sebab jalan lahir tertutup , maka persalinan harus dilakukan melalui operasi caesar.
Tindakan Medis :
- Posisi plasenta dapat diketahui dari pemeriksaan USG. Sebelum pemeriksaan , ibu hamil akan dianjurkan banyak minum hingga terasa ingin pipis. Kondisi kandung kemih yang penuh akan membantu menunjukkan posisi plasenta dengan lebih terang ketika dilakukan pemeriksaan USG.
- Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan (terutama di bawah usia kehamilan 32 minggu) , masih ada kemungkinan posisi plasenta berubah. Karena segmen bawah rahimnya belum terbentuk. Jika usia kehamilan sudah di atas 32 ahad , posisi plasenta sudah menetap dan tidak mampu berubah.
- Untuk kasus perdarahan sebab posisi plasenta , selama kondisi kesejahteraan janin masih cantik , ibu hanya menjalani bedrest dengan dirawat inap. Ibu tidak boleh banyak gerak.
- Selama bedrest , dilakukan observasi terhadap kondisi kesejahteraan janin dan perdarahan yang terjadi.
- Bayi diupayakan dilahirkan cukup bulan sehingga ibu hamil akan diberikan obat untuk pematangan paru-paru janin dan diberikan anti-kontraksi bila terjadi kontraksi.
- Perdarahan yang bertambah banyak mampu menimbulkan kegawatan janin. Gawat janin ditandai dengan denyut jantung janin lebih dari 160 kali per menit atau kurang dari 120 kali per menit. Normalnya denyut jantung janin yaitu 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin akan dipantau lewat pemeriksaan CTG secara kontinu. Pemeriksaan ini juga dapat mengetahui kondisi kesejahteraan janin (dilihat dari contoh denyut jantung janin dan gerakannya) , serta ada tidaknya kontraksi pada ibu.
- Bila hingga terjadi gawat janin , kehamilan ibu harus diakhiri. Kaprikornus , bayi akan lahir prematur atau kurang bulan dan penanganan bayi biasanya dilakukan perawatan di ruang NICU.
- Perdarahan dalam jumlah banyak yang tidak segera ditangani mampu menimbulkan janjkematian janin atau bahkan ibu.
Solusio Plasenta. Perdarahan terjadi sebab lepasnya perlekatan plasenta. Gejalanya berupa perdarahan dari vagina , peningkatan kegiatan rahim , nyeri punggung dan nyeri perut. Pada keadaan ini ibu dapat mencicipi nyeri mahir dengan atau tanpa kontraksi.
Tindakan Medis :
- Dibutuhkan USG untuk menegakkan diagnosis.
- Penanganan yang dilakukan bergantung dari posisi janin , usia kehamilan , dan kemudahan yang tersedia.
- Bila bayi telah cukup bulan dapat dilakukan persalinan sesar.
- Persalinan alami dapat dilakukan bila tidak ada tanda-tanda kegawatan janin.
Perdarahan Setelah Melahirkan (Bersalin)
Perdarahan setelah persalinan merupakan penyebab hampir ¼ dari seluruh janjkematian ibu di dunia. Seperti diketahui , setelah bayi lahir dan plasenta dikeluarkan , ada kemungkinan ibu mengalami kasus kontraksi rahim.
Idealnya , kalau plasenta sudah dikeluarkan , rahim yang bentuknya menyerupai anyaman tikar akan menjepit semua pembuluh darah sehingga tidak lagi terjadi perdarahan. Kontraksi yang buruk otomatis akan membuat pembuluh darah rahim masih terbuka dan darah masih terus mengalir. Hal ini yang dikhawatirkan terjadi pada ibu setelah melahirkan.
Perdarahan pasca melahirkan biasanya dialami pada ibu dengan janin di atas 4 kg , ibu dengan banyak anak (melahirkan berulang kali) , atau yang mengalami anemia.
Tindakan Medis :
- Setelah bayi dilahirkan , kondisi ibu akan terus dipantau. Jika kontraksi tampak kurang , akan dilakukan pinjaman obat-obatan (lewat infus , suntikan , atau dubur) untuk merangsang kontraksi biar lebih baik.
- Bila setalah dilakukan pinjaman obat-obatan kontraksi tetap tidak membaik dan perdarahan tetap terjadi , akan dilakukan operasi untuk membantu kontraksi rahim.
- Jika cara ini tak berhasil akan dilakukan pengangkatan rahim.
Jika anda membutuhkan isu lebih lanjut mengenai seputar problem kehamilan , silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar